Agar Keuangan Keluarga Aman, Ini Trik Menghadapinya
Gaji seperti numpang lewat. Kalimat ini mungkin sudah akrab di telinga atau mungkin juga Anda sendiri yang mengalaminya. Masalahnya, bisa jadi lantaran gaji yang tidak mampu menutupi seluruh kebutuhan atau bisa juga karena Anda tidak mampu mengelolanya dengan benar. Agar keuangan keluarga aman, ada baiknya mulai belajar mengelola penghasilan.
Perencana keuangan Safir Senduk memberikan tiga langkah mengelola keuangan yang pas. Simak, langkah-langkahnya:
Tetapkan sistem pengelolaan keuangan
Maksudnya, sistem keuangan yang biasa Anda lakukan dalam keluarga. Kalau semua pendapatan digunakan untuk biaya hidup, sehingga di akhir bulan tidak tersisa alias keluar semua, Safir mengategorikan Anda sebagai golongan miskin.
Tapi kalau pendapatan Anda, selain untuk hidup masih bisa dibelikan barang-barang konsumtif, seperti elektronik, pakaian, sepatu dan lainnya, berarti Anda masuk golongan pas-pasan atau menengah.
Nah, Anda masuk kategori kaya apabila pendapatan, selain digunakan untuk biaya hidup, masih dapat digunakan untuk membeli barang sekaligus harta produktif. Biaya produktif berupa tabungan, asuransi, reksa dana, emas batangan, deposito saham, bisnis dan lainnya yang bisa menambah pendapatan. ‘’Jadi, kekayaan itu tidak ditentukan dari besarnya pendapatan seseorang, tapi dari seberapa banyak harta produktif yang Anda miliki,’’ papar Safir dalam satu acara.
Lima unsur 'kekayaan'
Kekayaan itu sendiri terdiri atas lima unsur, yaitu harus ada penghasilan yang masuk, pengeluaran yang bisa dibayar setiap bulan, memiliki simpanan uang tunai, ada pos-pos investasi, dan proteksi (asuransi).
Untuk penghasilan yang masuk, menurut pemilik Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk dan Rekan ini, banyak pos yang bisa digali selain dari gaji bulanan. Misalnya saja, jual beli barang, menjual keahlian, bisnis, MLM, investasi bagi hasil, investasi pendapatan tetap, jual beli produk investasi (saham).
Untuk pengeluaran yang bisa terbayar setiap bulan, pria yang belajar ilmu keuangan keluarga secara otodidak ini membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan harus sekarang, ada batasnya, sedangkan keinginan belum tentu dibutuhkan dan tidak ada batasnya.
Oleh karena itu, perlu skala prioritas mana yang harus dikeluarkan lebih dulu. Pertama yang harus dikeluarkan adalah zakat dan pengeluaran yang ada batas tanggalnya, misalkan membayar telepon, listrik, air. Setelah itu pengeluaran untuk kebutuhan seperti sembako. Ketiga pengeluaran karena keinginan berhubungan dengan keinginan itu.
Bagaimana dengan simpanan tunai? Anda harus memiliki simpanan tunai untuk tiga hingga enam bulan ke depan. Alasan Safir, sebagai pegangan kalau terjadi sesuatu, misalkan di PHK. Perlu diperhatikan bahwa simpanan suami-istri jangan disatukan, tapi masing-masing harus memiliki sendiri.
Perlu diperhatikan pula pos-pos investasi persiapan masa depan. Sebaiknya, saran lulusan STIE IBMI Jakarta ini, siapkan semua pos investasi yang bisa Anda dapatkan mulai sekolah anak, pensiun, rumah, kendaraan pribadi, bisnis hingga ibadah haji. Tidak ada salahnya Anda mengenal produk-produk investasi, yaitu tabungan bulanan atau sekaligus.
Yang terakhir wajib Anda miliki adalah proteksi. Miliki semua asuransi, mulai kesehatan, jiwa, kerugian, pensiun. ‘’Andaikan kantor Anda sudah menanggung asuransi tertentu, tidak masalah Anda pun membuat lagi asuransi perorangan,’’ kata dia.
Hati-hati dengan utang
Utang menjadi salah satu penyebab munculnya masalah keuangan. Kalau Anda kepepet mau berutang, pilih dengan siapa akan berutang. Pilih pihak yang memungkinkan bisa dilakukan negosiasi bila Anda terlambat membayar utang.
Bagi Anda yang akan mengambil kredit perlu memperhatikan tips berikut. Ambil kredit jangan lebih dari 30 persen dari penghasilan. Andaikan lebih dari 30 persen sebaiknya dirundingkan kembali, agar cicilan bisa diperkecil. (republika.co.id)