mlm is your life

hpanetwork.id - member of PT Herba Penawar Alwahida Indonesia - lahirkan pengusaha muslim yang tangguh

Tuesday, August 2, 2011

Strategi Tetap Kaya Di Masa Tua

Sosok Amril Lubis tak ubahnya pensiunan pada umumnya. Kerut-kerut di wajah dan rambut yang mulai memutih, menandakan Amril sudah berhak memegang Kartu Tanda Penduduk (KTP) Seumur Hidup, yang diberikan kepada WNI di atas usia 60 tahun.

Akan tetapi, semangat pria berusia 66 tahun ini tak pernah pudar. Ketika menerima Majalah DUIT! di kediamannya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, penampilan Amril tetap gagah dengan polo shirt biru gelap dan jins. Gaya bicaranya pun masih meledak-ledak, seperti di masa mudanya.

Pasca pensiun dari PT Pertamina (Persero), Amril menjadi entrepreneur di bidang perikanan. Menurut sumber Majalah DUIT!, semasa bekerja di perusahaan minyak pelat merah tersebut, Amril gemar memancing di waktu senggangnya. Ketika dikonfirmasi, Amril hanya tertawa terbahak.

Sejatinya, Amril merintis bisnis beberapa saat sebelum pensiun, pada 2002 (seharusnya Amril pensiun pada 2001, namun masa kerjanya diperpanjang). Seperti halnya karyawan lain yang berada di kondisi Masa Persiapan Pensiun (MPP), Amril tak berkewajiban ke kantor setiap hari. Namun Amril ogah menganggur.

Untuk mengisi waktu, ia memanfaatkan lahan seluas 3.500 meter persegi miliknya, yang lama terbengkalai di kawasan Citayam, Bogor. Di tempat itu, Amril membuat sebelas kolam ikan. Kemudian ia membeli 10.000 ekor per jenis ikan, seperti ikan mujair, mas patin, lele, nila, dan gurame, senilai Rp1 juta. “Saya tidak tahu teknis memelihara ikan. Pokoknya, bibit-bibit itu saya lepas begitu saja di kolam,” aku Amril.

Setelah delapan bulan, tiba masa panen. Ternyata, hasilnya mencapai 5 ton! “Saya kaget. Belum pernah saya melihat ikan sebanyak itu,” kenang Amril.

Tingginya hasil budidaya ikan, membuat Amril berniat membisniskan ikan-ikannya secara serius. Di lain pihak, tengkulak pun menginginkan ikan-ikan itu. “Saya tolak karena harga beli mereka jauh lebih rendah dari harga produksi,” kata dia, berapi-api.

Singkat cerita, Amril makin serius menggarap bisnis ikan asap home industry miliknya. “Di Sumatera, hampir tiap rumah membuat ikan asap, tapi untuk konsumsi pribadi,” kata dia. Ia pun memberi nama bisnisnya Petikan Cita Halus, yang merupakan akronim dari Petani Ikan Citayam H. Amril Lubis. Sedangkan merek yang ia pakai adalah Iachi, yang berarti Ikan Asap Citayam. “Orang mengiranya itu bahasa Jepang yang artinya Enak,” kata pria yang memiliki masa kerja 35 tahun di perusahaan migas ini.

Saat ini, kapasitas produksi perusahaannya mencapai 1 ton ikan asap, baik ikan air tawar dan ikan laut, setiap harinya. Untuk hasil ikan laut, ia mendapatkan pasokan dari Muara Karang dan Muara Angke. “Saya bermimpi, produk ikan asap tidak hanya seperti saat ini. Tapi bisa dipakai sebagai bahan utama segala jenis masakan, seperti gulai, rendang, atau bahkan burger,” kata dia, antusias.

Kini, selain menjadi pensiunpreneur (pensiunan yang menjadi entrepreneur, Amril juga laris menjadi pengajar karyawan Pertamina yang akan pensiun. “Saya senang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Ini karunia Tuhan yang tak terhingga,” tutur Amril.

Tidak SIAP Pensiun
Akhir Juni 2011, dari kantor Kementerian Keuangan Republik Indonesia terdengar berita yang cukup mengejutkan. “Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia sudah cukup tinggi dan bisa memberatkan anggaran pemerintah dalam penyediaan tunjangan gaji, pensiun, dan asuransi,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

Untuk itu, Menteri Keuangan dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (MENPAN) dan Reformasi Birokrasi tengah memikirkan inisiatif pengurangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2012.

Di Indonesia, usia pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah 56 tahun. Adapun TNI pensiun di usia 58 tahun dan Polri 60 tahun. Sedangkan pegawai swasta pensiun di usia antara 50 hingga 55 tahun. Aturan ini tidak berlaku untuk jabatan-jabatan tertentu, seperti Hakim yang bisa pensiun pada usia 65-70 tahun, atau Guru Besar di usia 65 tahun.

Seharusnya, masa pensiun merupakan masa yang paling ditunggu-tunggu. Sebab, tidak perlu lagi memikirkan masalah pekerjaan di kantor, tidak perlu stres di kejar deadline, atau terjebak kemacetan saat menuju dan pulang kantor. Masa pensiun adalah saatnya melakukan hobi, tanpa harus memikirkan masalah keuangan.

Namun, sayangnya, enam dari sepuluh orang Indonesia tidak siap menghadapi pensiun. Menurut hasil survei Financial Quotient (Fin-Q) yang dilakukan Citibank, pada 2007 silam, sebanyak 58% dari 400 responden hanya memiliki pengetahuan ‘rata-rata’ tentang pengelolaan uang dan finansial pribadi.

Sedangkan empat dari sepuluh responden menyatakan akan bergantung pada subsidi anak-anaknya, jika mereka ingin menikmati masa pensiun yang nyaman.

Menurut Adler Manurung, pengamat investasi, orang Indonesia belum siap pensiun karena mereka belum diajari secara khusus mengenai hal itu. “Para PNS yang dalam kondisi MPP dianggap siap menghadapi pensiun, walaupun sebenarnya mereka belum siap,” kata Adler. Hal ini terjadi karena pemerintah belum sampai ke tahapan mempersiapkan keuangan pasca pensiun.

Menurut Adler, tidak banyak pensiunan yang tahu apakah tabungan mereka mencukupi kebutuhan hidup pada saat pensiun nanti. Kalau sudah begini, karyawan harus mempersiapkan diri sejak dini agar memiliki dana pensiun yang cukup, sehingga tidak merepotkan diri dan orang lain saat pensiun tiba. “Semakin cepat dipersiapkan, semakin ringan beban yang dialami ketika mempersiapkannya,” kata Adler.

STRATEGI: Mempersiapkan Pensiun Sejak Dini
Dalam Independent Financial Planner Expo 2010, perencana keuangan Eko Endarto menyebutkan bahwa sekitar 60% pensiunan karyawan swasta mengandalkan uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), yang diambil dari 0,5% gaji per bulan selama bekerja, sebagai sumber penghasilan utama di masa pensiun. Setali tiga uang dengan para PNS yang mengandalkan hidup dari uang pensiun.

Menurut Elsa Febiola Aryati, praktisi financial planner dan managing partner Hijrah Institute, masa terbaik untuk mempersiapkan pensiun adalah pada hari pertama seseorang memasuki dunia kerja. “Saat baru masuk kerja, Anda harus memikirkan apa yang diinginkan saat pensiun. Berhenti total dari dunia kerja, menjadi entrepreneur, atau berkarir lagi di bidang yang anda senangi,” kata Febi, panggilan akrab perempuan berkerudung ini.

Adapun Freddy Rangkuti, dari MD Frai Marketing mengajak berhitung. Katakan, saat ini Anda berusia 30 tahun dan akan pensiun di usia 55 tahun, maka Anda harus memikirkan apa yang akan terjadi 25 tahun mendatang.

“Misalnya, saat ini Anda membutuhkan Rp5 juta per bulan untuk biaya hidup sehari-hari. Tapi, 25 tahun mendatang, pada saat Anda pensiun, Anda harus mengelurkan dana sekitar Rp54 juta per bulan, untuk mendapatkan gaya hidup yang sama. Ini karena tingkat inflasi yang tinggi,” terang Freddy, yang mengambil contoh inflasi rata-rata 10% per tahun.

Agar survive di masa pensiun, karyawan setidaknya memiliki dua cara untuk mempersiapkan diri. Pertama, dengan menginvestasikan uang pada emas, properti, maupun surat berharga. Kedua, menjadi entrepreneur. Nah, menjadi entrepreneur bisa dirintis sejak si karyawan masih bekerja di perusahaan (berbisnis sampingan) atau membeli franchise. “Menabung saja tidak cukup. Karena nilai mata uang yang terus merosot akibat inflasi,” kata Adler.

Secara sederhana, inflasi adalah meningkatnya harga barang secara umum dan terus menerus.
Indonesia, dengan tingkat inflasi tergolong tinggi, sangat tidak menguntungkan bagi karyawan yang memiliki pendapatan tetap. Apalagi jika kenaikan gaji tidak sebesar kenaikan tingkat inflasi. Hal ini tentunya akan menyulitkan karyawan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik hari ini atau saat pensiun tiba.

Namun, bagi mereka yang jeli memanfaatkan situasi, kondisi seperti ini justru menciptakan banyak peluang. Misalnya untuk berinvestasi, misalnya di emas, surat berharga, maupun properti. “Rajin membeli tanah atau rumah bukan berarti boros. Itu investasi yang luar biasa karena return yang dihasilkan jauh di atas inflasi,” tutur Adler.

STRATEGI: Memulai Saat (Hampir) Pensiun
Di masa pensiun, penghasilan menurun drastis. Padahal, pengeluaran dan gaya hidup tidak berubah. Malah, tak jarang, pengeluaran bertambah karena kondisi kesehatan yang menurun. Tapi, apakah mungkin seorang pensiunan baru memulai berbisnis, di saat kondisi fisiknya tak lagi prima? Mengapa tidak. “Masih banyak pensiunan yang merasa masih mampu dan berpotensi untuk terus berkarya dan berpenghasilan,” kata Pietra Sarosa, dari Sarosa Consulting Group.

Menurut sebuah riset di bidang kedokteran, tubuh manusia sebenarnya mampu hidup sampai 1 juta jam, alias hingga usia 114 tahun. “Pensiun di kepala 5, sebenarnya manusia masih ‘relatif muda’,” kata Surasono I Soebari, penulis buku Pensiunpreneur: Pensiun Sukses.

Lebih lanjut Surasono memberi contoh bahwa banyak pengusaha yang baru memulai bisnis di usia 50 tahunan, misalnya Ray Krock mengembangkan franchise McDonald’s di usia 53 tahun atau Kolonel Harland Sanders yang merintis Kentucky Fried Chicken (KFC) di usia 62 tahun.

Di Indonesia, selain Amril Lubis yang merintis bisnis ikan asap Iachi di usia 57 tahun, ada juga S. Wimbo Hardjito yang membeli franchise rumah makan tradisional Mbah Jingkrak di usia 53 tahun, Ahmad Ziwar Dahlan menekuni kembali bisnis kerajinan alat musik tradisional Dambus di usia 53 tahun, atau Mulyo Hadi yang baru mulai berkenalan dengan MLM Herbalife saat pensiun dari Polri.

“Selain menghilangkan kejenuhan pasca pensiun, saya ingin melestarikan dan memperkenalkan alat musik Dambus kepada masyarakat,” kata Ziwar, yang pensiun dari PT Timah pada tahun 2004. Menurut Ziwar, alat musik Dambus, yang berupa gitar khas Melayu Bangka – mirip gitar India ini, belum banyak dikenal orang. Itu sebabnya, ia merasa terpanggil untuk melestarikan kebudayaan asli daerahnya.

Sedangkan Wimbo membeli franchise rumah makan karena melihat anaknya begitu doyan menu masakan Mbah Jingkrak. Saat ini, di usianya yang telah menginjak 56 tahun, Wimbo masih bekerja sebagai direktur komersial PT Kereta Api Indonesia (KAI), sebuah jabatan yang ia terima pasca pensiun dari PT Indosat Tbk. “Memiliki bisnis sampingan membuat saya lebih bersemangat,” kata dia. Saat rutinitas kantor membuatnya bosan, ia bisa mendapatkan “udara baru” dengan mengurusi bisnis restorannya.

Namun, satu hal yang pasti, Wimbo merasa perlu menyiapkan aktivitas sebelum benar-benar pensiun bekerja. “Ketika pensiun benar-benar datang, saya tidak akan jet lag karena kehilangan aktivitas,” tegasnya.

Menurut Surasono, menjadi pensiunpreneur (menjadi entrepreneur di masa pensiun) tidak selalu harus membuka usaha. “Banyak hal yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan tanpa harus menjadi pengusaha, misalnya menulis buku, melukis, menjadi pembicara, mengajar, menjadi konsultan atau melakukan kegiatan yang berguna bagi sesama dan lingkungan,” kata dia.

Atau, saran Surasono, bisa juga bekerja paruh waktu atau menjadi eksekutif di perusahaan milik kerabat atau sahabat, misalnya menjadi investor di sebuah bisnis. Namun, satu hal yang pasti, saat menjadi pensiunpreneur jangan memaksakan diri sehingga jatuh sakit atau stress. Sebab, pensiun adalah masa menikmati segala jerih payah yang telah dilakukan saat bekerja dulu.

Pietra Sarosa memberi saran agar para pensiunpreneur memilih bisnis dengan risiko kecil, memberikan penghasilan tambahan (sebagai pengganti penghasilan saat bekerja), sesuai hobi/kegemaran, dan memberdayakan jaringan yang sudah dimiliki.

“Saat menjalani bisnis di masa pensiun, jangan mudah stress. Nikmati setiap proses bisnis. Jika Anda mendapatkan kebahagiaan dalam menjalankan bisnis tersebut, Anda akan semakin bergairah menjalani hari-hari pensiun Anda,” pungkas Pietra. (Majalah duit ed 7/VI/JULI/2011 hal 16-20)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Mengapa Perusahaan MLM Harus Terdaftar di APLI?

APLI adalah singkatan dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, adalah suatu organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan te...

Find Us on Facebook

Blog Archive

Visitors


pinjaman utang